Minggu, 26 Agustus 2012

DILARANG KERAS KEPALA

DILARANG KERAS KEPALA!

Khotbah Anak Sekolah Minggu
Pembacaan Alkitab Wahyu 3:20 
Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. (Why.3:20
Konon ada seorang musafir yang berasal dari suatu negeri yang sangat jauh.  Ia berjalan kaki sambil memikul ransel yang berisi pakaian dan tongkat sebagai penopang ketika lelah.  Ia berjalan dari satu tempat ke tempat lain dan bermalam di rumah-rumah penduduk yang sedia menerimanya untuk berteduh atau menginap untuk beberpa saat.

Suatu kali, sang musafir tiba di sebuah desa Kristen.  Penduduk desa itu semua beragama Kristen.  Karena itu, sang musafir ini merasa senang karena ia pasti diterima dengan baik di desa ini sebab orang Kristen dikenal sebagai orang-orang yang hidup dalam kasih. Ketika hari sudah mulai gelap ia mulai mencari tempat untuk menginap.  Di sebuah rumah, sang musafir mengetuk pintu dan memberikan ucapan salam serta permohonan untuk bisa menumpang nginap biar hanya sehari saja.  Namun, ia tidak mendengar suara jawaban apapun dari dalam rumah itu.  Bahkan, pintunya pun tertutup rapat.  Lalu, sang musafir itu pindah ke rumah yang lain.  Namun, sang musafir itu juga memperoleh perlakukan yang sama seperti sebelumnya.  Bahkan, ia mengalami perlakuan yang sama dari hampir semua keluarga yang ada di desa Kristen itu.  Sang musafir menjadi sedih dan kecewa. 
Lalu, sang musafir mengetok sebuah pintu rumah yang sangat sederhana.  Sang musafir memohon untuk bisa menginap di rumah itu, walau hanya semalam saja.  Ketika sang musafir mengetok pintu dan bermohon, terdengarlah suara dari dalam rumah yang menyambut dengan baik serta membukakan pintu sambil berkata, “Silahkan masuk tuan musafir.  Silahkan menginap di rumah kami yang sangat sederhana ini.”  Sang musafir menjawab, “Oh puji Tuhan, terima kasih sudah bersedia memberikan tempat untuk menginap kepada saya.”  Sementara ia duduk sambil menikmati suasana rumah itu ia membatin “Masih ada orang Kristen yang benar-benar Kristen!”  Tidak lama kemudian tuan rumah keluar dari dapur dengan membawa minuman hangat dan beberapa potong makanan.  Ia berkata, Silahkan dinikmati.”
Malam itu sang musafir menginap.  Dan keesokan harinya, ia berniat untuk pamitan guna melanjutkan perjalanan.  Sang musafir berkata, “Saya sangat berterima kasih karena boleh beristirahat di rumah ini.  Dan sekarang saya hendak melanjutkan perjalanan.  Namun, sebagai balas budi baik keluarga ini maka saya memberikan cincin meterai ini kepada keluarga dan sekantung uang emas ini untuk keluarga.”  Kaum keluarga itu sangat kaget dan heran!  Rupanya sang musafir itu adalah Raja mereka yang sedang menyamar menjadi rakyat jelata untuk melihat kondisi rakyatnya secara nyata dan langsung.

Adik-adik, sebagai orang Kristen sejati kita tidak boleh menutup pintu kepada sesama.  Lebih lagi, kita dilarang keras untuk menutup pintu bagi Tuhan ketika Ia mengetuk pintu hati kita.  Karena, dengan demikian sesungguhnya kita akan diberkati.  Sebab, ketika kita membuka pintu hati kita maka pintu hati Tuhan yang rahmani itu akan terbuka untuk kita.  Amin.  
a seorang anak yang menangis, bpk amos berfikir mana mungkin dihutan yang lebat itu ada anak kecil yang menangis, tetapi karna penasaran bpk amospun mencari asal sumber dari suara tangisan itu ternyata benar seorang anak kecil kira-kira seumur epafras yang sedang menangis, rupanya dia tersesat ketika dia mengikuti ayahnya yang adalah seorang peneliti hutan lindung dan dia terpisah sangat jauh dari ayahnya. Namanya ayub, pada akhirnya dia berteman dengan epafras dan persahabatan mereka sangat erat. Suatu hari ayub ditemukan oleh orang tuanya lewat bantuan tim SAR dan ayubpun kembali ke kota bersama orang tuanya. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahunpun berganti tahun, tanpa terasa epafras mulai menanjak dewasa dan pergi merantau ke kota. Tanpa disengaja ayub bertemu dengan epafras dan dia mengajak sahabat kecilnya ini tinggal dirumahnya yang sangat mewah, epafras sangat merasa risih dan minder dengan keadaannya yang jauh berbeda dengan ayub tetapi ayub mencoba membesarkan hati sahabatnya ini dengan berkata “aku dan kamu sama di mata TUHAN”. Persahabatan yang sejati tidak akan meninggalkan kasih yang mula-mula dalam keadaan apapun. AMIN

0 komentar:

Posting Komentar