Tokoh-Tokoh Pendiri KGPM

Mohon maaf apabila foto pendiri/tokoh-tokoh KGPM yang lain tidak ada, di karenakan sumber yang di dapatkan hanya sedikit.

FHK edisi Juli 2012

Firman Hidup Dan Kerja

Sejarah KGPM

Tempat dilaksanakan ibadah pertama dari Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) Pada tanggal 29 Oktober 1933 di Kampung Wakan - MinSel.

Kerapan Gereja Protestan Minahasa

Jln. B.W. Lapian No.177 Kawangkoan

Yesus Kristus Dalam Kebangsaan, Kebangsaan Dalam Yesus Kristus

MEDIA UNTUK BERBAGI INFORMASI. KGPM SENTRUM KAWANGKOAN

Minggu, 26 Agustus 2012

DILARANG KERAS KEPALA

DILARANG KERAS KEPALA!

Khotbah Anak Sekolah Minggu
Pembacaan Alkitab Wahyu 3:20 
Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. (Why.3:20
Konon ada seorang musafir yang berasal dari suatu negeri yang sangat jauh.  Ia berjalan kaki sambil memikul ransel yang berisi pakaian dan tongkat sebagai penopang ketika lelah.  Ia berjalan dari satu tempat ke tempat lain dan bermalam di rumah-rumah penduduk yang sedia menerimanya untuk berteduh atau menginap untuk beberpa saat.

Suatu kali, sang musafir tiba di sebuah desa Kristen.  Penduduk desa itu semua beragama Kristen.  Karena itu, sang musafir ini merasa senang karena ia pasti diterima dengan baik di desa ini sebab orang Kristen dikenal sebagai orang-orang yang hidup dalam kasih. Ketika hari sudah mulai gelap ia mulai mencari tempat untuk menginap.  Di sebuah rumah, sang musafir mengetuk pintu dan memberikan ucapan salam serta permohonan untuk bisa menumpang nginap biar hanya sehari saja.  Namun, ia tidak mendengar suara jawaban apapun dari dalam rumah itu.  Bahkan, pintunya pun tertutup rapat.  Lalu, sang musafir itu pindah ke rumah yang lain.  Namun, sang musafir itu juga memperoleh perlakukan yang sama seperti sebelumnya.  Bahkan, ia mengalami perlakuan yang sama dari hampir semua keluarga yang ada di desa Kristen itu.  Sang musafir menjadi sedih dan kecewa. 
Lalu, sang musafir mengetok sebuah pintu rumah yang sangat sederhana.  Sang musafir memohon untuk bisa menginap di rumah itu, walau hanya semalam saja.  Ketika sang musafir mengetok pintu dan bermohon, terdengarlah suara dari dalam rumah yang menyambut dengan baik serta membukakan pintu sambil berkata, “Silahkan masuk tuan musafir.  Silahkan menginap di rumah kami yang sangat sederhana ini.”  Sang musafir menjawab, “Oh puji Tuhan, terima kasih sudah bersedia memberikan tempat untuk menginap kepada saya.”  Sementara ia duduk sambil menikmati suasana rumah itu ia membatin “Masih ada orang Kristen yang benar-benar Kristen!”  Tidak lama kemudian tuan rumah keluar dari dapur dengan membawa minuman hangat dan beberapa potong makanan.  Ia berkata, Silahkan dinikmati.”
Malam itu sang musafir menginap.  Dan keesokan harinya, ia berniat untuk pamitan guna melanjutkan perjalanan.  Sang musafir berkata, “Saya sangat berterima kasih karena boleh beristirahat di rumah ini.  Dan sekarang saya hendak melanjutkan perjalanan.  Namun, sebagai balas budi baik keluarga ini maka saya memberikan cincin meterai ini kepada keluarga dan sekantung uang emas ini untuk keluarga.”  Kaum keluarga itu sangat kaget dan heran!  Rupanya sang musafir itu adalah Raja mereka yang sedang menyamar menjadi rakyat jelata untuk melihat kondisi rakyatnya secara nyata dan langsung.

Adik-adik, sebagai orang Kristen sejati kita tidak boleh menutup pintu kepada sesama.  Lebih lagi, kita dilarang keras untuk menutup pintu bagi Tuhan ketika Ia mengetuk pintu hati kita.  Karena, dengan demikian sesungguhnya kita akan diberkati.  Sebab, ketika kita membuka pintu hati kita maka pintu hati Tuhan yang rahmani itu akan terbuka untuk kita.  Amin.  
a seorang anak yang menangis, bpk amos berfikir mana mungkin dihutan yang lebat itu ada anak kecil yang menangis, tetapi karna penasaran bpk amospun mencari asal sumber dari suara tangisan itu ternyata benar seorang anak kecil kira-kira seumur epafras yang sedang menangis, rupanya dia tersesat ketika dia mengikuti ayahnya yang adalah seorang peneliti hutan lindung dan dia terpisah sangat jauh dari ayahnya. Namanya ayub, pada akhirnya dia berteman dengan epafras dan persahabatan mereka sangat erat. Suatu hari ayub ditemukan oleh orang tuanya lewat bantuan tim SAR dan ayubpun kembali ke kota bersama orang tuanya. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahunpun berganti tahun, tanpa terasa epafras mulai menanjak dewasa dan pergi merantau ke kota. Tanpa disengaja ayub bertemu dengan epafras dan dia mengajak sahabat kecilnya ini tinggal dirumahnya yang sangat mewah, epafras sangat merasa risih dan minder dengan keadaannya yang jauh berbeda dengan ayub tetapi ayub mencoba membesarkan hati sahabatnya ini dengan berkata “aku dan kamu sama di mata TUHAN”. Persahabatan yang sejati tidak akan meninggalkan kasih yang mula-mula dalam keadaan apapun. AMIN

DILARANG MEMBATASI KEKUDUSAN ALLAH!

DILARANG MEMBATAS KEKUDUSAN ALLAH!

Khotbah Komisi
Bacaan Alkitab Wahyu 4:7-11
"Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."  (Why 4:8)
Kadangkala kita memahami bahwa kekudusan itu dibatasi oleh suatu lokasi tertentu.  Misalnya, kita membedakan bahwa tempat ibadah sebagai tempat yang kudus dan rumah sebagai tempat biasa atau umum.  Atau, kita memandang kegiatan di gereja sebagai sesuatu yang rohani sementara di luar gereja adalah kegiatan yang biasa saja.

            Tanpa disadari, pemahaman ini menghasilkan sikap-sikap yang tidak Alkitabiah dalam seluruh ranah kehidupan.  Pemahaman tentang kekudusan yang terlokalisasi ini memberikan ruang yang sangat luas bagi manusia untuk bisa melampiaskan hawa nafsunya dengan semau-maunya.  Padahal, Alkitab menuntut kita untuk berlaku kudus dalam seluruh perilaku kita dimana pun kita berada (Im.19:2; 20:7,26; 1Ptr.1:16).
            Perikop kita memberitahukan bahwa kekudusan tidak terlokalisasi oleh suatu tempat tertentu.  Tuhan Allah, Yang Mahakusa adalah kudus.  Kekudusannya selalu hadir di segala tempat sebagaimana Ia Mahahadir.  Suatu tempat dikatakan kudus karena kehadiran Allah di tempat itu.  Misalnya, gereja atau bait Allah disebut tempat kudus karena Allah kehadiran Allah di tempat itu.  Karenanya, sebagai orang beriman maka hendaknya jangan menggunakan tempat manapun sebagai lahan maksiat, suatu tempat untuk melakukan hal-hal yang jahat di mata Allah.  Sebab, dengan berbuat demikian kita telah menodai kekudusan Allah.  Selain itu, perikop kita juga memberitahukan bahwa kekudusan itu tidak terlokalisasi oleh waktu.  Jadi, bukan hanya dimanapun tetapi juga sekaligus dikapanpun secara simultan kita tidak boleh menggelar dosa di lahan bumi ciptaan Allah.  
            Karena itu, jika ada godaan merayu untuk melakukan dosa, naikanlah lafal penyembahan seperti yang diungkapkan oleh makhluk sorgawi yang berseru siang malam  tiada hentinya mengatakan, “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."  (Why 4:8).  Amin.

DILARANG MELANGGAR BATAS

DILARANG MELANGGAR BATAS!
Khotbah Kepel
Pembacaan Alkitab Wahyu 4:1-6
“Segera aku dikuasai oleh Roh……” (Why.4:2)
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang haus akan rasa ingin tahu.  Karakter ini membawa dampak ganda, bisa positif dan bisa negative.  Rasa ingin tahu yang terkendali akan membawa kemajuan dan hal-hal yang konstruktif dalam kehidupan manusia.  Sebaliknya, jika rasa ingin tahu itu sudah tak terkendali maka keterbatasan logika manusia akan menjadi jembatan yang sangat rapuh untuk menghubungkan semua fakta yang diperolehnya, yang justru menjerumuskannya pada jurang kesesatan. 
Rasa ingin tahu manusia bukan hanya berada pada ranah fisik saja tetapi juga pada ranah metafisik (dunia roh).  Itulah sebabnya, rayuan praktek perdukunan menjadi semakin menarik, dan bahkan dipersilahkan masuk ke dalam praktek pelayanan gereja tanpa sikap kritis kristiani alkitabiah.  Akibatnya, fenomena dunia roh yang ganjil dan asing dalam kosa kata Kitab Suci merasuk kehidupan orang-orang yang mengaku dirinya Kristen itu dan menghiasi praktek-praktek liturgis, kesaksian dan pelayanan mereka.
Perikop kita mengajarkan bahwa hal-hal yang bersifat metafisik (dunia roh) hanya bisa kita peroleh dengan benar ketika Roh Allah mengaruniakannya kepada kita.  Upaya menggapai hal-hal metafisik dengan kemampuan diri sendiri atau bantuan yang bukan Roh Allah adalah sebuah magis dan bersifat demonis.  Tentu saja hal ini akan secara otomatis membuahkan sinkritisme yang tidak Alkitabiah.  Karena itu saudara-saudara, jauhilah hal-hal yang demikian dan tundukkanlah pikiran dan keingintahuan kita akan hal-hal metafisik (dunia roh) hanya pada apa yang Roh Allah nyatakan dalam Kitab Suci.  Amin.

DILARANG MENGERASKAN HATI!

DILARANG MENGERASKAN HATI!

Khotbah Minggu 29 Juli 2112
Pembacaan Alkitab Wahyu 3:14-22
Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah (Why.3:19) Mengasihi tidak sama dengan memanjakan!  Orang sering salah memahami tentang konsep “kasih”.  Mereka memberikan apa saja yang diinginkan oleh orang yang dikasihi dengan alasan kasih.  Akibatnya, hasil yang didapatkan adalah karakter dan buah-buah yang tidak baik.  Bahkan, bisa menjadi boomerang bagi orang yang mengasihi, sebagaimana nampak dari karakter kanak-kanak, mau menang sendiri, dan tidak bertumbuh menjadi dewasa dalam segala hal.
Perikop pembacaan kita memberikan penjelasan yang gamblang bahwa mengasihi tidak sama dengan memanjakan.   Tuhan Yesus menegaskan bahwa “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!” (Why.3:19).  Hal ini Tuhan terapkan bukan hanya kepada jemaat di Laodikia tetapi juga kepada gereja di segala abad dan zaman.  Sebab, Ia tidak menginginkan gereja-Nya tetap dalam dosa atau jatuh dalam dosa.  Tuhan Yesus menginginkan gereja-Nya menjadi dewasa dan tegar dalam menghadapi tantangan jaman.
Tuhan Yesus menempatkan dan memperhadapkan jemaat di Laodikia dalam suasana penghakiman, sementara Ia berdiri sebagai Hakim dan Jaksa Penuntut.  Tiga ungkapan dalam ayat 14 membuat hal ini menjadi jelas.  Identitas pertama yang dinyatakan kepada jemaat Laodikia adalah “Amin”.  Istilah ini menyatakan bahwa Tuhan Yesus adalah Pribadi yang bisa dipercaya.  Dengan kata lain, apa yang Dia firmankan tentang jemaat Laodikia adalah benar adanya.  Identitas kedua adalah “Saksi yang setia dan benar”.  Identitas ini meneguhkan identitas yang pertama dengan penambahan bahwa Tuhan Yesus juga adalah Saksi yang dapat diandalkan.  Dan, identitas ketiga adalah “Penguasa dari ciptaan Allah”.  Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan “permulaan dari ciptaan Allah”.  Terjemahan ini kurang tepat untuk frase bahasa Yunani he arkhe tes ktiseos tou theou.  Memang, istilah arkhe bisa berarti permulaan, namun konstruksi kalimat dalam ayat 14 ini menuntut untuk menerjemahkannya sebagai Penyebab pertama (dalam arti Pencipta) dan Penguasa yang berdaulat.  Dengan gelar-gelar ini Tuhan Yesus hendak menyatakan bahwa apa yang Dia samapaikan adalah benar adanya.  Jemaat Laodikia benar-benar suam-suam kuku dan menutup pintu untuk kebenaran.  Mereka menyatakan diri Kristen tetapi enggan untuk diubah dan hidup menurut kebenaran firman Allah.  Tuhan Yesus menyatakan bahwa kondisi mereka ini sungguh sangat memalukan. Ia berkata, “Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat” (Why.3:17-18).  Itulah sebabnya dalam ayat 16 Tuhan tegaskan “Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku” dan ayat 19 “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!”
            Saudara-saudara yang kekasih, belajar dari kebenaran firman Tuhan ini maka kita harus membuka hati kita dan bertobat.  Artinya, ketika firman Allah menelanjangi dosa-dosa kita, menunjukkan kesalahan-kesalahan kita, memberitahukan segala penyimpangan yang telah kita lakukan maka haruslah kita tunduk di hadapan Allah, mengakui segala dosa dan bertobat.  Jangan justru kita membela diri dan menyerang pengkhotbah.  Sebab, sesungguhnya Tuhan Yesus sedang mengetok hati kita.  Hal ini Dia lakukan karena Dia mengasihi kita.  Amin.

DILARANG MEMFITNAH!

DILARANG MEMFITNAH 

Khotbah Komisi Anak
Pembacaan Alkitab Wahyu 2:9
Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu -- namun engkau kaya -- dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis. (Why.2:9).
Adik-adik, ada ungkapan “Fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan!”.  Ungkapan ini memberitahukan kepada kita akan kejamnya seseorang jika ia memfitnah.  Sebab, ia tidak hanya melukai tubuh seseorang tetapi juga hati atau perasaan seseorang.

Konon, ada seorang yang sangat jujur dan baik hati.  Ia memiliki seorang kakak perempuan yang sangat cerewet dan kejam.  Mereka adalah anak dari keluarga yang terkaya di desanya.  Rumahnya besar dan indah bagaikan istana kerajaan.  Kekayaannya melimpah dan ada dimana-mana.  Semua orang mengenal keluarga ini sebagai keluarga yang sangat terpandang dan kaya raya.
Suatu kali, karena termakan ketamakan untuk menguasai kekayaan orang tuanya sang kakak telah membuat siasat yang licik.  Pada hari ulang tahun pernikahan orang tuanya, sang kakak menyuruh supaya adiknya yang jujur dan baik hati itu untuk membuat minuman bagi kedua orang tuanya.  “Adik, tolong buatkan minum untuk Ayah dan Ibu!”  kata sang kakak.  Adiknya menjawab dengan gembira, “Baik kak.  Saya akan membuat minuman yang istimewa buat Allah dan Ibu.”  Sementara sang adik sibuk menyiapkan minuman untuk kedua orang tuanya, tanpa sepengetuannya sang kakak menyelinap di dapur dan membubuhkan racun ke dalam minuman yang dibuat sang adik.  
Lalu, dengan tanpa curiga sang adik membawa minuman yang sudah dibubhi racun itu kepada sang ayah dan ibu.  Sontak saja, ketika sang ayah dan ibu selesai minum minuman yang dibuat si adik, mereka langsung keracunan, jatuh dan meninggal dunia.  Ketika melihat kejadian tersebut sang adik menjadi sangat terkejut dan merasa bersalah.  Ditambah lagi sang kakak sengaja memojokkan dia dan menuduhnya sebagai pembunuh.  Akhirnya, sang adik harus dipenjara seumur hidup.
Adik-adik, ini adalah sebuah cerita untuk memberikan gambaran betapa menyakitkannya fitnahan itu.  Karena itu, janganlah kita menyebarkan fitnah.  Ini hal yang sangat dibenci oleh Tuhan dan merugikan sesama.  Amin.

DILARANG MENGELUH

DILARANG MENGELUH 
Khotbah Komisi
Bacaan Alkitab Wahyu 2:9
Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku. (Why.3:8)
Ketika kita merasa berat untuk menjalani kehidupan dan tak mampu lagi untuk melangkah, maka kita cenderung untuk mengeluh.  Sikap mengeluh ini kemudian berlanjut dengan arah negatif, yaitu menyalahkan diri sendiri atau mengasihani diri sendiri, dan menyalahkan orang lain dalam rangka mencari kambing hitam terhadap persoalan yang sedang dihadapi.  Di sini terlihat bahwa sikap mengeluh sesungguhnya tidak membawa dampak positif bagi diri sendiri, selain hembusan nafas yang membuat kita semakin tak bertenaga.  
Sebaliknya, ketika kita menarik nafas dalam-dalam sambil mengumpulkan kekuatan yang tersisa maka ada spirit baru yang masuk dalam dada dan membuatnya menjadi membusung sehingga mampu berkata “Somahe kaike hage”, “Rawe-rawe rantas malang-malang putung” atau “Maju terus pantang mundur!” sambil tetap menatap ke depan.  Dan inilah yang dilakukan jemaat Filadelfia.  Mereka menyadari dan Tuhan tahu bahwa kekuatan mereka tidak seberapa.  Namun, mereka tidak menyerah dengan keadaan itu.  Mereka terus maju dalam dan dengan kesetiaan terhadap kebenaran. 
Sikap yang ditunjukkan oleh jemaat Filadelfia ini justru menarik simpati dari Tuhan “yang memegang kunci Daud” untuk membuka pintu bagi mereka yang tidak dapat ditutup oleh seorang pun (Why.3:8).  Ketekunan mereka tidak sia-sia!  Bahkan Tuhan menegaskan bahwa “Aku pun akan melindungi engkau dari hari pencobaan” (Why.3:10).
Dari semuanya ini kita diajak untuk tidak melihat kemampuan kita tetapi melihat kemampuan Allah.  Kita diajar melalui kesaksian jemaat Filadelfia untuk tidak mempertimbangkan kekuatan kita sebagai penentu masa depan tetapi mempertimbangkan kekuatan Allah yang menentukan masa depan kita secara absolut.  Di sini kita mendapatkan rahasia untuk menarik simpati Allah agar Ia berkenan membukakan pintu, yaitu ketekunan.  Dan di sini kita melihat rambu-rambu dari Tuhan yang bertuliskan: Dilarang mengeluh!  Amin.

DILARANG MUNAFIK

DILARANG MUNAFIK!
Khotbah Kepel:
Bacaan Alkitab Wahyu 3:1-6
Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! (Why.3:1)
Kemunafikan adalah sikap penggelapan identitas yang sebenarnya terhadap sesama.  Dalam relasi antar manusia hal ini bisa terjadi, bahkan dalam beberapa kalangan telah menjadi hal yang biasa.  Hal ini dilakukan, baik dalam rangka untuk menjaga citra diri maupun dalam rangka mencari pengaruh untuk poisisi atau kedudukan yang akan diincar.
Sesungguhnya, kemunafikan adalah sebuah bentuk dosa kebohongan yang sering tidak disadari.  Kebohongan itu pertama-tama mengarah pada diri sendiri dan selanjutnya kepada orang lain.  Dengan kata lain, kemunafikan juga merupakan dosa manusia yang telah bersaksi dusta terhadap sesama dan diri sendiri.  Menurut Alkitab, sikap ini berasal dari Iblis.  Tuhan Yesus mengatakan dalam Yohanes
8:44, “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.”  Di tempat yang lain Tuhan menegaskan, “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat” (Maty.5:37).
            Namun, apakah Allah bisa dikelabuhi dengan kebohongan kita?  Apakah Allah bisa ditipu dengan kemunafikan yang kita bangun?  Jawabannya adalah jelas TIDAK.  Wahyu 3:1 menegaskan “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!”  Manusia bisa dikelabuhi oleh pola kehidupan jemaat Sardis sehingga mereka mengatakan mereka hidup.  Tetapi, Tuhan yang mengetahui segala sesuatu secara sempurna dan benar tidak bisa dikelabuhi.  Ia tahu jelas dan jelas tahu kondisi yang sesungguhnya.
            Karena itu, saudara-saudara, sikap yang tepat adalah berlaku jujur.  Sebab, kejujuran berarti menerima diri ini apa adanya dengan syukur.  Dengan bersikap jujur sesungguhnya kita menjadi ksatria yang berani mengakui kelemahan dan kekalahan, namun dengan segera bangkit dengan kelebihan dan keunggulan yang Tuhan anugerahkan.  Dengan kejujuran, kita tidak memasang kuk dan bom waktu yang siap meledak untuk diri sendiri.  Dengan kejujuran kita pun akan bisa menerima sesama apa adanya dan membangun relasi tanpa sekat duri yang menyakitkan karena “ada dusta di antara kita”. Dengan kejujuran kita akan membangu relasi personal dan komunitas yang sehat dan saling percaya yang bermuara pada keuntungan-keuntungan yang membahagiakan karena berkat Allah.  Amin.

DILARANG BERMESRAAN DENGAN DOSA!

DILARANG BERMESRAAN DENGAN DOSA! 

KHOTBAH MINGGU 22 JULI 2012: 
BACAAN ALKITAB WAHYU 2:18-29 
Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah,
mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembaha
berhala. (Wahyu 2:20)
Kadangkala kita takut untuk menyatakan kesalahan atau dosa sebagai kesalahan dan dosa.  Bahkan kita membiarkan hal itu terjadi dan tidak berusaha untuk meredam dan menghilangkan praktek yang tidak berkenan kepada Tuhan itu.  Hal ini terjadi karena mungkin kita ada dalam posisi inferior atau minor.  Namun, bisa saja kita takut dan mentolerir dosa karena kegoisan kita.  Kita takut menyakiti orang atau takut posisi kita terancam. 
Sikap yang seperti ini sangat dibenci Tuhan.  Tuhan menghendaki kita untuk tegas dan mengambil posisi yang jelas berlawanan terhadap dosa.  Dalam Wahyu 2:20 Tuhan Yesus menegaskan kepada jemaat di Tiatira, “Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.”
Dalam teks Yunani, ungkapan yang diterjemahkan “Tetapi Aku mencela engkau” menyatakan bahwa Tuhan Yesus memiliki keberatan dan sikap berlawanan serta perasaan kecewa yang mendalam karena jemaat Tiatira “membiarkan” dosa terus terjadi dalam jemaat.  Kata yang diterjemahkan “membiarkan” dalam menunjuk kepada sikap dari para pemimpin dan anggota jemaat Tiatira yang mentolerir dosa dan tidak ada upaya sedikitpun untuk menghambat berkembangnya dosa itu.  Akibatnya, tidak heran jika penyesatan dan tindakan-tindakan yang menyeleweng dari kebenaran Allah begitu merajalela.
            Menurut pembacaan kita, kondisi ini membuat progresifitas pekerjaan, kasih dan pelayanan itu menjadi sia-sia.  Sebab, semua itu dibarengi dengan tidak adanya sikap yang tegas terhadap dosa.  Akibatnya, semua kerja keras itu tidak akan menghasilkan sesuatu yang maksimal, bahkan justru menjadi parasit bagai penyakit kanker yang membawa maut bagi umat.  Sejarah Israel pada masa Imam Eli menjadi pelajaran bahwa pelayanan Imam Eli menjadi sia-sia karena membiarkan anak-anaknya terus menghujat Allah (1Sam.3:13-14). 1 Samuel 4 menyaksikan bahwa nukan hanya keluarga Imam Eli tetapi juga umat Israel menjadi bulan-bulanan serangan bangsa Filistin.  Sungguh tragis, karena kemuliaan telah lenyap dari Israel (1Sam.4:22).  Demikian pula dengan pergaulan bangsa Israel yang terlalu “mesra” dengan bangsa-bangsa Kanaan di sekitar mereka yang justru membawa petaka.
            Seperti petani yang membasmi hama dan tanaman penghambat demikian pula seharusnya sikap kita terhadap dosa.  Kita tidak boleh mentolelir dosa dan membiarkannya merajalela.  Ini tidak berarti kita diperbolehkan untuk bersikap arogan, bertindak sebagai polisi dan hakim untuk menindak kemaksiatan.  Ada cara-cara tegas namun positif yang bisa kita lakukan.   Bahkan, kita diajarkan untuk mengalahkan kejahatan dengan kebaikan.  Dengan demikian, sebagai gereja maka kita akan menjadi terang dan melenyapkan kegelapan.  Amin.