Kamis, 24 Desember 2015

TUJUAN YESUS DATANG KE DUNIA

KHOTBAH NATAL (25 Desember 2015)
YOHANES 1 : 14 – 18
Tema : TUJUAN YESUS DATANG KE DUNIA


Seorang yang sedang mabuk naik bus di Manado bertanya pada petugas soal lama perjalanan dari Manado ke Amurang, “Pak petugas, berapa lama perjalanan dari Manado ke Amurang?” “Sekitar satu jam setengah”, jawab petugas. “Kalau begitu, berapa lama perjalanan dari Amurang ke Manado?” Tanya orang mabuk itu lagi. “ Ya samalah, satu jam setengah,” jawab petugas itu kesal. “Ah masa bagitu?” kata orang mabuk itu. Lalu petugas itu bertanya kepada orang mabuk, “Apa yang membuatmu berpikir kalau perjalanan dari Manado ke Amurang dan dari Amurang ke Manado butuh waktu yang berbeda?” Orang mabuk itu menatapnya. “Hanya semingu dari hari Natal ke Tahun Baru, namun dari Tahun Baru ke hari Natal itu rasanya sangat lama sekali…, yak an?! Beda kan?!”
Jemaat yang dikasihi Tuhan, walaupun dari Natal tahun lalu hingga Natal tahun ini butuh waktu satu tahun tetapi waktu satu tahun itu serasa tak terasa. Kini kita kembali merayakan Natal dalam sukacita. Namun, mengapa harus ada Natal? Mengapa Yesus harus lahir ke dunia ini? Apa tujuan Yesus datang ke dunia ini?
Yohanes 1:14-17 memberikan jawabannya, yaitu untuk menyatakan kasih karunia dan kebenaran Allah. Cara yang ditempuh Allah untuk menyatakan kasih karunia dan kebenaranNya ini adalah dengan menjadi manusia (ay 14). Firman Tuhan, melalui rasul Yohanes, memberikan pernyataan yang sangat tegas dengan ungkapannya: “kai ho logos sarx egeneto” – secara herafiah diterjemahkan “dan firman itu telah menjadi daging” – untuk menegaskan bahwa Allah benar-benar telah menjadi manusia sejati! Namun, seperti yang dinyatakan oleh Edwin A. Blum, dalam Knowledge Bible Commentary, bahwa “Flesh’ in this verse means a human nature, not sinfulness or weakness”. Artinya, keberadaan dari kemanusiaan yang sejati dari Yesus Kristus itu tidak bersifat dosa dan sempurna adanya. Inilah yang membuat Yesus bisa menjadi manifestasi yang tak terlihat dari kehadiran Allah di tengah-tengah umatNya sebagai “God’s Shekinah glory”.
Dengan jalan menjadi manusia sejati itu dan turun ke dalam kehidupan sehari-hari, Yesus Kristus menyatakan Allah yang tidak kelihatan dan tak terbatas. kehadiranNya ini dinyatakan dengan kata “eskenosen”, yang berarti “mendirikan kemah”, dan menegaskan tentang kehadiran yang bersifat sementara tetapi bukan khayalan. Ini dibuktikan melalui kesaksian (marturei) Yohanes Pembaptis bahwa “Dia telah ada sebelum aku” (ay 15). Penggunaan kata “gegonen” dengan preposisi “empristhen”  menegaskan bahwa  Yesus Kristus bukan hanya lebih dulu ada tetapi dari segi tingkatan lebih tinggi dari Yohanes Pembaptis, bukan diciptakan dan dalam kelahiran fisik tetapi ada secara kekal. Konteks dekat ayat ini sangat mendukung kesimpulan ini sebab Yesus yang adalah Sang Firman itu adalah Allah yang kekal (Yoh 1:1).
Ini adalah sebuah tantangan bagi para Filsuf Yunani dan Rabbi Yahudi. Para Filsuf memahami bahwa yang ideal adalah yang tak kelihatan dan kekal, sehingga Firman yang menjadi daging, “human nature, not sinfulness or weakness is impossible”. Demikian juga, para Rabbi Yahudi menegaskan bahwa manusia tidak akan mingkin menjadi dewa atau Allah, sehingga merekapun tidak pernah membayangkan atau memikirkan bahwa Alah menjadi manusia. Tetapi inilah berita Natal itu, yaitu apa yang dianggap tidak mungkin dantidak pernah dipikirkan, itulah yang Allah sediakan!
APA YANG TIDAK MUNGKIN BAGI MANUSIA UNTUK BISA DIBENARKAN DAN MENIKMATI PERSEKUTUAN DENGAN ALLAH, ITULAH YANG DINYATAKAN DALAM KEDATANGAN TUHAN YESUS DALAM DUNIA INI. Mengapa? “Karena dari kepenuhanNya” yaitu “sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (ay 14) kita telah menerima kasih karunia yang baru (kharin anti kharitos – ay 16). Kasih karunia “hukum Taurat” melalui Musa tidak membuat manusia itu dibenarkan. Kasih karunia oleh Yesus membuat manusia menikmati kasih karunia dan kebenaran. Yesus datang untuk memberikan solusi bagi ketidakmampuan manusia berada dalam kondisi benar dihadapan Allah. Manusia punya beragam agama yang mengajarkan kebaikan. Tetapi semua agama manusia tidak dapat membuat manusia dibenarkan di hadapan Allah. Yesus dating menyatakan kasih karunia Allah, menjadi jalan manusia bisa dibenarkan, yaitu bukan melalui hukum Taurat melainkan melalui diriNya (Yoh 16:4).
Kedatangan Yesus ke dalam dunia dalam peristiwa natal perdana itu juga menyatakan natur Allah (ay 18). Hanya Allah yang sanggup menyatakan diriNya secara tepat dan benar. Semua nabi dan rasul tidak bisa menyatakan tentang natur Allah jika Allah sendiri tidak menyatakan diriNya kepada mereka. Yohanes 1:18 dengan tegas menyatakan bahwa “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah”.
Pernyataan ini memberitahukan tentang keunikan Yesus Kristus, yaitu Dia sebagai Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa. Itulah sebabnya Herman Bavinck, dalam bukunya yang berjudul Reformed Dogmatics, menegaskan bahwa “Jesus witness is considered divine, true, infallible” – kesaksian Yesus adalah kesaksian ilahi, benar dan sempurna. Hal ini didukung oleh data Perjanjian Baru, dimana Yesus adalah firman yang mengenal Bapa (Yoh 1:18; 17:6), saksi yang setia dan benar (Wahyu 1:5; 3:14; lihat juga Yes 55:4), Sang Amin di antaranya semua janji-janji Allah, yang adalah “ya” dan “amin” (Wahyu 3:14; 2 Kor 1:20). Tidak ada tipu daya (dolos) di bibirNya (1 Pet 2:22). Dia adalah Rasul dan Iman Besar yang kita akui (Ibr 3:1; 1 Tim 6:13). Dia tidak berbicara ek ton hidion, seperti Setan yang pembohong (Yoh 8:44), tetapi Allah berbicara melalui Dia (Ibr 1:2). Yesus diutus oleh Allah (Yoh 8:42) dan bersaksi hanya untuk apa yang telah Ia lihat dan dengar (Yoh 3:32). Dia menyatakan firman Allah (Yoh 3:34; 17:8) dan hanya menjadi saksi kebenaran (Yoh 5:33; 18:37). Untuk alas an bahwa kesaksiannya itu benar (Yoh 8:14; 14:6), dikonfirmasi oleh saksi dari Allah sendiri (Yoh 5:32; 37; 8:18).
Allah mengatasi segala yang berubah (Yak 1:17), mengatasi waktu (Wahyu 1:8; 22:13), mengatasi ruang (Kis 17:27-28), dan mengatasi segala ciptaan (Kis 17:24). Tidak ada yang mengenal Dia selain Anak Allah dan Roh Kudus (Mat 11:27; 1 Kor 2:11). Tetapi Allah menyebabkan kepenuhanNya diam dalam tubuh jasmaniah Kristus (Kol 2:9), tinggal dalam diri setiap orang percaya, menjadikan mereka Bait-Nya (1 Kor 3:16) dan membuat orang-orang yang taat akan firman dan mengasihi Allah sebagai tempat kediamanNya (Yoh 14:23). Karena itu, Natal kali ini harus mendorong kita untuk tampil sebagai anak-anak Allah yang menyatakan natur Allah dalam kehidupan secara kontinyu dan berkembang. Pernyataan tentang natur Allah dalam kedatangan Yesus ke dunia ini mengajarkan kita sebagai tubuhNya untuk menyatakan natur Allah yang kudus, benar, dan penuh kasih dalam kehidupan yang kudus, benar, dan penuh kasih. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar