Senin, 21 Desember 2015

KORBAN YANG BERKENAN KEPADA ALLAH

MINGGU II – DESEMBER 2015
YESAYA 60 : 1 – 7
Tema : KORBAN YANG BERKENAN KEPADA ALLAH


Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus!
Nuansa menyambut Natal Yesus Kristus Nampak dimana-mana, pesta iman pohon terang setiap tahun terus dilaksanakan berlangsung secara turun-temurun. Dendang Natal menggema dimana-mana disertai pernak-pernik hiasan pohon terang, baliho ucapan selamat Natal pun Nampak diberbagai tempat pertanda semua siap merayakan Hari Besar yang dinanti. Bangkitlah, menjadi teranglah sebab terangmu dating, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu (ay 1). Sebuah ajakan yang diucapkan Nabi Yesaya jauh di zaman dahulu kala tetapi tetap memberi dorongan kepada semua orang beriman dari waktu ke waktu. Bangkit menjadi terang harus dipahami dengan benar dan tepat.
Hidup dalam kegelapan dosa mendatangkan malapetaka bahkan kehancuran kerena itu perlu bangkit keterpurujan iman berjuang kembali hidup dalam cahaya terang sorgawi yang indah mulia. Umat Allah diajak jangan pernah menyerah dan putus asa tetapi mau bangkit berkarya melakukan hal-hal yang indah mulia. Meskipun dalamkesulitan dan pergumulan yang berat tetap yakin terang Tuhan dalam cahaya keabadianNya akan menyinari mereka dalam kegelapan dan kekelaman. Hidup yang bermakna harus dijalani dengan mau belajar berkorban dengan tulus dan ikhlas. Korban yang berkenan kepada Allah harus menjadi prioritas hidup umat yang benar-benar menyadari keberadaan kasih dan kebesaran Allah.
Semuanya akan dipersembahkan diatas mezbahku sebagai korban yang berkenan kepadaKu (ay 7b). dalam masa raya advent ini kita kembali disegarkan dengan siraman rohani penuh makna. Betapa mulia dan terhormat bila ada niatan hati yang mau memberikan korban yang berkenan kepada Allah. Perayaan Pra Natal atau Pohon Terang semakin bergeser maknanya karena sudah mulai terbiasa dinodai dengan pesta pora dan perayaan yang sekedar kebiasaan menjalankan program kegiatan rutin. Ada pula yang sepertinya katanya memberikan korban terbaik kepada mereka yang membutuhkan tetapi sayang dibalik sayang; padahal diakonia yang diberikan hanya untuk memuluskan sebuah tujuan politik belaka. Semoga dalam perayaan diberbagai hajatan syukur menyambut dan menjelang hari Natal akan semakin terarah pada tujuan yang sebenarnya.
Yesus Kristus telah memberikan “Teladan Suci” dengan memberikan Tubuhnya untuk menjadi korban tebusan dosa umat manusia. Yusuf dan Maria pun telah memberikan korban yang terbaik dengan rela dan tulus hati menjadi alat keberkatan Allah bagi semua manusia, ketika Yesus Kristus  harus lahir dan hidup bersama mereka. Menjadi orang tua yang bertanggung jawab, penuh cinta kasih dan taat beriman merupakan hal yang nyata dalam kehidupan keluarga Yusuf dan Maria. Keteladanan hidup yang selalu mau memberikan korban terbaik bagi Allah dalam tuntunan cahaya sorgawi dapat kita lanjutkan dalam praktek hidup beriman hari lepas hari. Kuncinya ada tekad dan kemauan keras untuk “bangkit” dan “menjadi terang”.
Sukacita sorgawi akan menjadi nyata dalam hidup ini bila balajar mau merubah pola dan gaya hidup bahkan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat menghancurkan kehidupan ini. Korban yang sempurna adalah mau memberikan yang terbaik kepada Tuhan melalui gereja diantaranya sadar firman Tuhan, sadar beribadah, sadar persepuluhan, sadar memberi yang terbaik bagi hamba Tuhan, sadar diri, sadar perdamaian, sadar persaudaraan, sadar tanggung jawab, serta sadar bahwa kita adalah manusia terbatas adanya. Bila semua orang Kristen “sadar” maka persekutuan gereja akan semakin indah, mulia dan benar-benar menampakkan perubahan yang nyata karena mau berkorban dan bangkit menjadi terang. Dalam masa raya advent ini sekali lagi kepada kita sekalian diingatkan untuk dapat berbenah diri dan dengan tulus mempersiapkan korban yang terbaik bagi Putra Natal Yesus Kristus. Sebagaimana pula para majus yang telah memberikan teladan demikian pula halnya kita yang hidup dimasa kini. Gereja akan terus bersinar bila warganya benar-benar hidup menurut prinsip-prinsip Firman Tuhan. Jangan nodai perayaan Hari Besar yang kudus ini hanya dengan mau memuaskan hasrat manusiawi belaka melainkan sungguh-sungguh memaknai dengan hidup yang berkenan kepasa Allah.
Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling, mereka semua dating berhimpun kepadamu … pada waktu itu engkau akan heran melihat dan berseri-seri, engkau akan tercengang dan akan berbesar hati (ay 4,5). Sungguh mulia berhimpun bersama dalam kerinduan mau menyembah dan memuliakan Allah. Bila kita hidup hanya dengan satu tujuan mau memuliakan Allah dalam segala hal maka kita akan menikmati berkat Allah yang terindah dalam hidup ini. Bangsa Yehuda mengalami berbagai pergumulan dan kesukaran hidup yang besar karena terlalu bangga dengan status sebagai umat pilihan Allah sehingga hidup seenaknya bahkan lupa diri dengan mengabaikan kaidah-kaidah etika kehidupan dalam batasan Taurat Tuhan. Namun kasih dan rahmat Allah akan dinyatakan pada suatu hari mereka akan mengalami pemulihan asal mau memberikan korban yang berkenan kepada Allah dengan cara bangkit dan menjadi terang.
Pertobatan sejati dibutuhkan bagi setiap orang yang mau betul-betul bangkit dan menjadi terang keselamatan injil Allah. Selama kita belum sungguh-sungguh bertobat dan mengundang Yesus Kristus bertahta dalam hati kita, maka setiap tahun kita memasuki masa raya advent dan merayakan Natal hanya akan menjadi sebuah tradisi keagamaan tanpa makna. Orang Kristen yang sudah mengalami kelahiran kembali dalam keyakinan iman pada Tuhan Yesus Kristus akan menerapkan pola dan gaya hidup yang berbeda yaitu mau memberikan korban yang berkenan kepada Allah dengan cara berkarya memancarkan cahaya Injil Yesus Kristus. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar