Jumat, 25 Desember 2015

IDENTITAS SANG PUTRA NATAL

KHOTBAH NATAL KEDUA (26 Desember 2015)
YOHANES 1 : 29 – 34
Tema : IDENTITAS SANG PUTRA NATAL


Seorang sinterklas disebuah mal sangat terkejut ketika seorang wanita muda berumur sekitar dua puluh tahunan menghampirinya dan duduk dipangkuannya. Sinterklas biasanya tidak melayani permintaan orang dewasa, namun karena wanita itu tersenyum sangat manis kepadanya, jadi bertanyalah ia kepada wanita itu, “Apa yang kamu inginkan saat natal?”
“Sesuatu untuk ibuku”, kata wanita muda itu.
“Sesuatu … untuk … ibumu? Kamu baik sekali”, kata sinterklas sambil tersenyum. “Kamu ingin aku memberi ibumu apa?”. Sambil mengedipkan mata, ia menjawab, “Menantu!”.
Banyak harapan dan permintaan yang ada dalam benak pikiran kita pada saat merayakan Natal. Namun, pagi ini saya mau katakana bahwa harapan dan permintaan terpenting setiap kita pada perayaan Natal ini haruslah Yesus! Mengapa Yesus? Siapakah Yesus?
Dari pembacaan kita, Yohanes 1:29-34, pertama-tama kita mendapati identitas Yesus, yaitu Dia adalah Anak Domba Allah. Saudara-saudara yang diberkati Tuhan, siapakah yang dimaksud dengan “Anak Domba Allah?” dalam ayat 29 Yohanes berkata “lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia”. Penggunaan istilah “domba” yang diterjemahkan dari teks Yunani amnos, dipakai dalam Perjanjian Baru hanya empat kali dan pengertiannya mengarah pada domba korban. Tampaknya konotasinya ialah “lihatlah domba kurban dari Allah” berkaitan dengan pemberitahuan yang mendahului tentang peristiwa yang akan terjadi dengan Yesus dan arti penting peristiwa golgot atau Calvari. Dalam kesaksian Yohanes mengenai penggenapan kurban itu oleh Yesus, dan dalam kesaksiannya tentang dikaruniakan oleh Roh Kudus, ia meletakan dasar untuk semua teologia praktika Kristen.
Maksud Yohanes adalah mengalihkan murid-muridnya dari dirinya sendiri dan mengarahkan mereka kepada Kristus. Ia telah menghidupkan kembali yudaisme dengan beritanya yang pedas tentang pengakuan dosa dan pertobatan. Sekarang dibutuhkan sesuatu yang lebih, suatu langkah maju ke arah pernyataan yang lebih lengkap dan ke dalam suatu pengalaman yang lebih penuh. Penggunaan frase “yang menghapus dosa dunia”, menjelaskan tentang Yesus sebagai korban dari Allah ditujukan untuk melenyapkan atau mengampuni dosa-dosa manusia. Penggunaan kata “dunia” dari teks Yunani kosmou, mengarah kepada segenap manusia sebagai ciptaan Allah yang telah menyandang perdikat berdosa, dalam pengertian semua insan cenderung berbuat dosa, sehingga tak satupun yang benar sebab semua telah kehilangan kemuliaan Allah. Kondisi manusia yang penuh dengan dosa inilah yang menggerakkan Allah mengutus Yesus sebagai Anak Domba untuk pengampunan dosa dan menganugerahkan keselamatan yang kekal.
Identitas kedua dari Sang Putra Natal adalah Anak Allah. Ya, Yesus adalah Anak Allah. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, siapakah yang dimaksud dengan “anak Allah? Dalam ayat 34 Yohanes membuat pernyataan iman, bahwa “… Ia inilah Anak Allah”. Dalam studi tata bahasa Yunani, frase ini ho huios tou Theou (Anak Allah) menggunakan genetif milik, yang memberi pengertian bahwa Yesus sebagai Anak tunggal Allah adalah milik atau kepunyaan Allah. Ungkapan huios tou Theou menyatakan bahwa Yesus memiliki sifat-sifat Allah. Hal ini didukung oleh beberapa fakta dari konteks Yohanes pasal 1. Pertama, Yohanes 1:1 menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah Sang Firman yaitu Allah yang kekal. Di bagian selanjutnya Dia dinyatakan sebagai Anak tunggal Allah yang menyatakan Allah kepada manusia dan dunia di dalam dan melalui diriNya (Yoh 1:18). Dia juga adalah eskenose, yaitu wujud kehadiran Allah seperti tabernakel yang berdiam di tengah-tengah umatNya (Yoh 1:14).
Saudara-saurada yang dikasihi Tuhan, sebagai tubuh Kristus sedah seharusnya kita hidup selaras dengan sifat-sifat Allah. Sebab walaupun berbeda dengan Kristus, kita juga adalah anak-anak Allah. Itulah sebabnya rasul Petrus berkata, “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus didalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. Dan jika kamu menyebutNya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini. Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat” (1 Pet 1:14-19). Amin.

0 komentar:

Posting Komentar