Nats: Matius 28:1-6
Matius 27 ditutup dengan peristiwa dimana pimpinan-pimpinan agama Yahudi menghancurkan agama mereka sendiri, dengan memainkan konsep Theologi dan apa yang selama ini begitu mereka jaga yaitu Sabat. Sabat adalah inti dari agama Yahudi, bahkan bisa dikatakan bahwa agama Yahudi identik dengan Sabat. Para pemimpin Yahudi akan menghukum orang yang melanggar Sabat, tetapi pada saat yang paling kritis mereka sendiri justru melanggar Sabat. Satu hari setelah kematian Kristus, yaitu hari Sabat, mereka melakukan rapat semalaman dan keesokan harinya mereka pergi menghadap Pilatus, karena mereka ketakutan bahwa Yesus akan bangkit. Akibatnya orang Romawi sangat menghina apa yang tadinya mereka pikir begitu dahsyat. Orang Yahudi diberi otonomi khusus untuk boleh menyebut Yahwe sebagai Tuhan dan tidak perlu menyebut kaisar sebagai Tuhan, karena dianggap begitu serius/ fanatik dengan agamanya,
Matius 28 merupakan babak baru dari kekristenan. Seluruh misi Kristus tuntas/ selesai di Matius 27. Kayu salib/ kematian Kristus merupakan akhir dari misi Kristus. Matius 28 merupakan respon yang harus diberikan oleh orang percaya terhadap misi Kristus. Inti iman Kristen bukanlah sekedar percaya kepada Tuhan Yesus melainkan kembalinya manusia kepada respon yang sejati akibat dari penebusan yang dilakukan Kristus melalui kematian di atas kayu salib.
Matius 28:1 mencantumkan: Setelah hari Sabat lewat, … sedangkan pada Matius 27:62 tidak mencantumkan hari Sabat secara eksplisit karena Matius bermaksud membuang konsep Sabat. Kristus menyelesaikan misi pelayanan Dia di hari kematian-Nya, ternyata dari perkataan-Nya: Sudah genap! Perkataan ini berarti bahwa semua misi yang Bapa berikan sudah diselesaikan secara tuntas oleh-Nya, termasuk seluruh tuntutan Taurat dan Dia sekaligus menghentikan tuntutan Taurat. Setelah kebangkitan-Nya, Dia tidak lagi beribadah di sinagoge, berarti babak baru sudah dimulai (Matius 28:1). Babak baru itu dimulai pada hari pertama minggu itu, karena itu kita beribadah bukan pada akhir minggu melainkan pada hari pertama minggu yaitu hari Minggu.
Sebelum peristiwa penyaliban, Yesus berulang kali menyampaikan kepada para murid-Nya bahwa Dia harus pergi ke Yerusalem untuk menanggung aniaya dari para tua-tua dan imam kepala, mati disalibkan dan bangkit pada hari ketiga. Jadi peristiwa penyaliban dan kebangkitan Tuhan Yesus sudah direncanakan sejak dari kekekalan. Sepertinya kematian Tuhan Yesus adalah hasil perencanaan yang matang dari orang Yahudi, tetapi kenyataan yang ada menunjukkan bahwa mereka tidak menentukan apapun. Yesus datang ke Yerusalem bukan atas rencana mereka melainkan atas kehendak-Nya sendiri seperti yang telah dikatakan-Nya. Pada saat penangkapan Yesus, sebetulnya bukan mereka yang menangkap melainkan Yesus sendiri yang menyerahkan diri. Hal ini bisa terlihat ketika Dia berkata: Akulah Dia!, maka semua orang yang mau menangkap Dia jatuh rebah ke tanah; berarti tidak ada yang bisa menangkap Dia. Ketika di atas kayu salib, Yesus mati menyerahkan nyawa-Nya ke dalam tangan Bapa-Nya, berarti bukan manusia yang membunuh Dia. Semuanya ini menunjukkan bahwa sebuah rencana Allah yang begitu dahsyat sedang dikerjakan.
Babak baru sudah dibuka. Ketika masuk babak baru, seberapa kita memiliki konsep yang terbalik dengan konsep orang Yahudi? Allah yang berdaulat mempunyai rencana yang dahsyat, dan Dia hanya minta satu hal yaitu: taat jalankan kehendak-Nya. Allah yang berdaulat menuntut respon dari manusia.
Kekristenan berbicara mengenai iman yang mengakar pada totalitas kehidupan. Manusia tengah berada dalam suatu sistem yang merusak diri sendiri, manusia berada di dalam dunia yang merusak manusia. Kalau kita tidak mengikut Kristus, maka kita akan mengikuti format orang Yahudi, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat yang menjijikkan bagi orang Romawi, sehingga 30 tahun kemudian mengirimkan tentaranya untuk menghancurkan Yerusalem dan Yudea. Sejak saat itu orang Yahudi menyebar ke seluruh dunia, dan tidak ada lagi negara Yahudi dan kedaulatannya. Agama Yahudi yang semula ditakuti oleh bangsa-bangsa di dunia, sekarang menjadi tidak ada apa-apanya dan berjumlah pengikut sangat kecil. Di sini terlihat bagaimana rusaknya manusia yang tidak kembali kepada esensinya.
Augustinus mengatakan bahwa untuk mengerti tentang diri dan hidup haruslah pertama-tama mengenal Allah, mengenal penciptaan sebagai dasar dari semua relasi, dan mengerti kehendak Allah. Kita harus mengenal Allah karena kita adalah gambar dan rupa Allah. Dengan mengenal Dia maka kita juga akan mengenal diri. Sebagai makhluk yang dicipta, kita harus mengerti penciptaan itu seperti apa, sehingga kita bisa mengerti seluruh produk penciptaan. Mengerti kehendak Allah akan membuat kita dapat menuntaskan maksud Allah dalam mencipta kita. Manusia dicipta bukan untuk mengerjakan kehendak dirinya. Manusia dicipta karena Tuhan punya rencana atas diri manusia. Tugas manusia adalah menggenapkan rencana itu. Dengan penebusan yang dikerjakan oleh Kristus maka kita dicipta ulang. Dengan 3 hal diatas barulah hidup kita beres karena kita balik kepada natur kita yang sesungguhnya. Waktu kita menolak ketiganya maka kita sendiri yang akan hancur, inilah yang disebut dengan sistem perusak diri. Semua bentukan manusia, seperti: budaya, filsafat, agama yang melawan Allah Tritunggal dan Alkitab, mengandung faktor perusak diri. Faktor perusak diri ini mengeram sampai pada saatnya tiba dia akan meledak merusak diri. Hidup kita menjadi bernilai jika hidup kita berpusat pada Kristus, menjalankan hidup seturut kehendak Kristus.
Di saat paling kritis pada hari Minggu itu, Tuhan mengutus malaikat-Nya ke tengah dunia. Malaikat turun membuat kegemparan besar. Malaikat ini dipakai oleh Tuhan untuk memproklamasikan tentang kebangkitan. Malaikat datang lalu membuka pintu kubur, dan Yesus sudah tidak ada di dalamnya. Yesus keluar dari kubur tanpa perlu pintu kubur dibuka terlebih dahulu karena Dia sudah tidak terikat oleh tempat; tidak ada batasan apapun yang dapat mengunci Dia; Dia sudah bangkit. Yesus bangkit sebelum malaikat datang, untuk menunjukkan bahwa kebangkitan-Nya adalah tanpa intervensi siapapun. Kedaulatan dan kuasa Allah tidaklah berhak diatur/ diintervensi oleh siapapun.
Malaikat menyambut ibu-ibu yang datang ke kubur Yesus, dengan lembut berkata: Janganlah kamu takut, sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. Tempat itu sudah rapi, kain kafannya terlipat dengan rapi, karena itu adalah tidak mungkin jika mayat Yesus dicuri orang. Semuanya ini menunjukkan bahwa Allah itu berdaulat dan berkuasa, dan kita jangan main-main dengan Allah.
Ketika malaikat bertanya: bukankah Yesus pernah mengatakan bahwa Dia akan bangkit pada hari ketiga; para ibu itu pasti sudah tahu akan hal itu tapi cara pikirnya yang tidak bisa mengerti. Mengapa bisa tidak terpikirkan, bukankah hal itu merupakan isu yang sangat besar dan dahsyat; sedangkan para imam kepala dan orang Farisi saja kepikiran akan hal itu? Karena kita seringkali hanya berpikir hal yang penting menurut pikiran kita dan bukannya menurut pikiran Tuhan. Itulah yang membuat cara pikir epistemologi kita rusak, akibatnya adalah pada waktu diberitahu hal yang benar, kita begitu bebal, tidak bisa mengerti dan tidak bisa menurut.
Yesus mengadakan mujizat bukanlah untuk kepentingan manusia melainkan semata-mata untuk kepentingan Dia, untuk kemuliaan-Nya, dan untuk ke-Tuhan-an Dia. Yesus membangkitkan Lazarus, yang sudah 3 hari mati, bukanlah untuk kepentingan Lazarus. Hal ini dikerjakan-Nya untuk mempersiapkan otak para murid bahwa kebangkitan-Nya pada hari ketigapun bisa terjadi. Tetapi ternyata persiapan secara otak inipun tetap membuat para murid tidak mengerti tentang kebangkitan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa kalau seseorang memang tidak memiliki kemauan untuk berubah cara pikirnya maka ketika diberitahu tentang hal yang benar, dia tetap tidak bisa terima.
Kekristenan hari ini mengalami serangan yang luar biasa sampai-sampai terjadi kekristenan yang tanpa Kristus. Orang hanya mau menjadi Kristen tetapi tidak mau Kristus, tidak mau Kristus berkuasa atas dirinya. Kekristenan memakai Kristus tetapi menjepit dan merendahkan Dia ke dalam 3 area besar yang ditonjolkan orang Kristen pada hari ini, yaitu:
1) Aspek sosial.
Orang Kristen memang lebih menghargai nyawa orang lain, cepat bertindak menolong karena konsep manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah. Tetapi jika nilai manusia yang begitu mahal itu tidak dilihat dari sudut kematian Kristus sehingga Kristus menebus dia; adalah sebuah kekonyolan.
2) Aspek moralitas.
Orang Kristen sangat menjaga moralitasnya karena Allah adalah Allah yang suci. Moralitas yang sekedar perbuatan baik, jujur, tetapi tanpa Kristus, maka kekristenan sudah kehilangan intinya.
3) Aspek pengembangan diri.
Orang Kristen adalah orang yang punya harkat/ harga diri dan tidak boleh minder karena konsep dicipta menurut gambar dan rupa Allah. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, manusia kehilangan kemuliaan. Kristus yang mengembalikan manusia kepada kemuliaannya dengan jalan menebus manusia.
Ketiga hal itu adalah ekses/ akibat. Yang terpenting dari hidup bukanlah eksesnya tetapi esensinya. Ketika seseorang berpusat pada Kristus maka dia akan menjalankan ketiga aspek itu dengan sendirinya (sebagai ekses). Untuk mengerti bagaimana menjalankan hidup maka harus kembali kepada Kristus dan mengerti kuasa Kristus. Kekristenan yang tanpa Kristus tidaklah memiliki nilai apapun, bahkan identitasnyapun juga tidak ada lagi.
Malaikat berkata: Ia tidak ada di sini, sebab Ia sudah bangkit. Injil Lukas mengutip kalimat ini dengan lebih tajam yaitu: Jangan mencari yang hidup di tengah-tengah yang mati. Yang hidup dan yang mati sama sekali berbeda. Mati dan hidup bukan ditentukan oleh berhenti/ berjalannya nafas atau batang otak atau jantung karena hal itu hanyalah ekses. Mati adalah putusnya hubungan dengan sumber hidup. Peralatan elektronik yang dicabut dari sumber listrik, bagian dalamnya masih menyala sebentar karena adanya kapasitor yang berkapasitas cukup besar; alat tersebut pasti akan mati. Manusia yang lepas dari Sumber Hidup juga pasti mati walaupun kelihatan sepertinya hidup. Manusia yang hidup dan yang mati memiliki perbedaan yang esensial dan tidak mungkin disatukan.
Kita seharusnya berespon, dan hal ini merupakan urusan pribadi kita yang tidak bisa diambil alih oleh orang lain. Setiap kita harus bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Marilah kita mengevaluasi diri kita, bagaimana respon kita terhadap kematian dan kebangkitan Kristus.
RENUNGAN
1. Apakah makna kematian dan kebangkitan Kristus bagi iman percaya Anda? Apa respon dan aplikasi konkrit akan hal tersebut diatas dalam kehidupan Anda sehari-hari di minggu yang lalu? Sharingkan hal tersebut pada rekan seiman Anda.
2. Sebagai orang percaya (Kristen), apakah yang menjadi pembeda yang paling signifikan dan mutlak antara Anda dengan orang yang belum percaya lainnya (non Kristen)? Apa yang Anda mau lakukan di minggu ini supaya hal-hal tersebut boleh tetap selalu konsisten mewarnai setiap aspek pola pikir dan tindakan-tindakan Anda? Berdoa dan lakukanlah komitmen Anda tersebut dengan tulus dan rendah hati.
Pengkhotbah : Pdt. Sutjipto Subeno
sumber : http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/ringkasan_khotbah.htm
0 komentar:
Posting Komentar