Rabu, 23 Desember 2015

SIKAP YANG BENAR DALAM MERAYAKAN NATAL

KHOTBAH MALAM NATAL (24 Desember 2015)
MATIUS 2 : 1 – 12
Tema : SIKAP YANG BENAR DALAM MERAYAKAN NATAL


Desember tiba dan … Natal dimana-mana. Berbagai hisan alat terpajang di koridor-koridor dan sudut-sudut pusat perbelanjaan. Miniature pohon natal menghiasi sudut ruangan rumah-rumah. Lagu-lagu natal berkumandang dimana-mana menyejukkan jiwa. Berbagai acara digelar untuk menyemarakkan suasana. Ke gereja, makan-makan, baju baru, malam kudus, itulah hal-hal yang paling banyak diingat kal natal tiba. Tapi apakah kita tahu, natal itu mulainya seperti apa? Natal atau Christmas berasal dari kata Christes Maesse, bahasa Inggris kuno yang berarti Misa Kristus (mass of Christ). Kisah tentang natal lahir dari pemberitaan Matius dan Lukas dalam Alkitab Perjanjian Baru. Menurut kitab Lukas, seorang malaikat muncul di padang di Betlehem dan memberitakan kelahiran Yesus. Lalu Matius menulis tiga orang majus dari Timur mengikuti bintang yang menuntun pada Yesus.
Penyebutan 25 Desember sebagai tanggal kelahiran Tuhan Yesus diperkirakan terjadi pada tahun 336 masehi dalam penanggalan Romawi kuno. Perayaan hari tersebut sebagai hari kelahiran Tuhan Yesus kemungkinan dipengaruhi oleh festival penyembah berhala yang diadakan saat itu. Bangsa Romawi kuno juga mengadakan perayaan akhir tahun untuk menghormati Saturnus, dewa kesuburan dan Mithras, dewa terang. Berbagai bangsa Eropa Utara menggelar festival di pertengahan Desember untuk merayakan akhir musim panen. Sebagai bagian dari perayaan, masyarakat mempersiapkan makanan yang istimewa, menghias rumahnya dengan tumbuh-tumbuhan, menyanyi dan saling memberi hadiah. Cara ini lama kelamaan menjadi bagian dari perayaan natal. Popularitas natal berkembang hingga reformasi, yaitu gerakan keagamaan tahun 1500. Gerakan ini kemudian melahirkan paham Protestanism. Selama reformasi, banya orang Kristen mulai menganggap natal sebagai perayaan penyembahan berhala karena masuknya unsur non agama dalam perayaan tersebut. Natal kembali diijinkan dan di rayakan di Inggris dan beberapa koloni Inggris, di Amerika mulai tahun 1600. Kebiasaan lama pesta dan menghias rumah, akhirnya dimunculakan kembali dan dicampur dengan hal-hal yang lebih rohani dalam merayakannya.
Dalam hal ini, kita harus melakukan tindakan nyata dalam merespon pergeseran makna perayaan natal Yesus Kristus tersebut. Kita harus membangun sikap yang benar terhadap peristiwa yang sangat besar tersebut dalam pengelaman iman kita, yaitu: mensyukuri penggenapan nubuatan kelahiran Sang pembebas manusia dari semua jerat dosa dan maut, sebagaimana kesaksian firman Tuhan dalam Matius 2:1-12. Bagaimana caranya kita membangun sikap yang benar dalam pengalaman iman kita, khususnya merayakan peristiwa yang sangat besar, kelahiran Tuhan Yesus Kristus? Cara yang pertama adalah kita harus mempunyai motovasi yang tinggi (Matius 2:1-11). Motvasi orang-orang majus itu adalah untuk menyembahNya. Ada hal-hal yang tidak kita ketahui tentang orang-orang majus ini, yaitu: tidak diketahui dengan jelas dari mana datangnya orang-orang Majus ini. Kitab suci hanya mengatakan bahwa mereka datang ‘dari Timur’. Juga tidak diketahui berapa jumlah orang-orang Majus ini. Kitab suci tidak pernah mengatakan bahwa mereka berjumlah 3 orang. Persembahan mereka yang 3 macam, yaitu emas, kemenyan, dan mur, tidak membuktikan bahwa mereka ada 3 orang.
Perhatikan bahwa mereka bukan menyembah Maria, dan juga bukan Yesus dan Maria, tetapi hanya Yesus saja. Perlu kita ketahui bahwa dalam terjemahan King James Version kata-kata “orang-orang majus” diterjemahkan “wise man” (= orang-orang bijaksana). Mereka menyembah Yesus sekalipun mereka melihat seorang bayi yang lemah dan tak berdaya. Betul-betul membutuhkan iman yang luar biasa untuk mau menyembah seorang bayi seperti itu. Orang tua Yesus bukan bangsawan/raja, dan bayi itu ada didalam sebuah rumah (ay 11), bukan istana. Keadaan itu ternyata tidak menjadi halangan bagi orang-orang Majus itu untuk percaya bahwa bayi itu adalah Raja. Ini lagi-lagi menunjukkan iman yang luar biasa.
Mereka memberikan persembahan yaitu: emas, kemenyan, dan mur (ay 11). Penafsir menganggapemas sebagai persembahan untuk raja, kemenyan sebagai persembahan untuk Allah dan mur sebagai persembahan untuk manusia. Persembahan orang-orang Majus ini tentu memberikan barang-barang terbaik dari negeri mereka, sama seperti Yakub memberikan persembahan kepada penguasa Mesir barang-barang terbaik di Kanaan (Kej 43:11).
Motivasi orang-orang Majus itu, hanya menyembahNya, tidak ada yang lain. Hal itu menunjukkan bahwa sikap yang benar harus dibangun dengan motivasi atau dorongan yang tinggi, dan itu tidak akan terjadi dengan sendirinya! Perlu kerja keras dan berhadaan dengan situasi yang sulit dan kompleks. Cara yang kedua adalah kita harus mempunyai ketaatan yang tinggi (Matius 2:12). Kepekaan orang-orang Majus itu adalah untuk terus mengikuti keinginan atau kehendak Tuhan. Taat pada keinginan Tuhan dan menyingkirkan semua prestasi yang mereka telah capai atau pujian dari orang-orang dunia, termasuk didalamnya Herodes, hanya untuk mengikuti kehendak Tuhan.
Mula-mula Tuhan memberi petunjuk melalui “bintang” (ay 2). Setelah ini mereka taati, lalu Tuhan memberi petunjuk melalui Firman Tuhan yang diberikan oleh imam-imam dan ahli-ahli Taurat (ay 5-6). Setelah mereka menaati petunjuk ini, lalu Tuhan memberikan petunjuk dengan bintang lagi (ay 9-10). Setelah mereka menaati lagi, maka Tuhan memberi petunjuk melalui mimpi (ay 12), dan mereka juga menaatinya. Dasar dari sebuah ketaatan adalah percaya, dan untuk menjadi orang yang taat dibituhkan sebuah “sikap hati yang tulus” untuk melakukan perintah. Ketaatan kepada Tuhan akan mendatangkan berkat bagi diri kita, baik untuk hari ini maupun untuk hari yang akan datang. Orang yang taat adalah orang yang memiliki kerendahan hati dan mau diajar. Allh memiliki standar untuk mengukur kehidupan rohani kita, dan Allah juga mempunyai metode untuk megukur kehidupan “rohani” umatNya, dan ukurannya bukan standar manusia, dan semua ukurannya ada didalam Alkitab. Jika kita mendengar atau belajar Firman Tuhan dan mentaatinya, maka Tuhan akan memberi tambahan pengetahuan tentang Firman Tuhan. Tetapi sebaliknya, jika kita belajar Firman Tuhan dan mengabaikannya, maka lambat atau cepat, Tuhan akan berhenti mengajarkan kebenaran kepada kita.
Akhirnya, kiranya warga KGPM dapat merayakan Natal Tuhan Yesus kristus 25 Desember 2015 dengan sikap yang benar, sehingga tahun-tahun berikutnya dan seterusnya tetap berada pada perkenanan anugerah Tuhan kita Yesus Kristus. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar